Rupiah Kembali Melemah Akibat Tensi Rusia-Ukraina yang Memanas

Rupiah Kembali Melemah Akibat Tensi Rusia-Ukraina yang Memanas Rupiah Kembali Melemah Akibat Tensi Rusia-Ukraina yang Memanas

BERITA - JAKARTA. Nilai tukar rupiah kembali melesu terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kelanjutan ketegangan Rusia dan Ukraina semakin memanas. Kondisi tercantum menyulut langkah risk off dan rupiah jadi melesu. 

Mengutip Bloomberg, Selasa (22/2), kurs rupiah spot mebopok 0,27% ke Rp 14.366 per dolar AS. Sedangkan, kurs Jisdor versi Bank Indonesia (BI) terus mebopok 0,23% ke Rp 14.362 per dolar AS. 

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, rupiah bergerak melayuh karena ketegangan Rusia dengan Ukraina semakin memanas selepas Presiden Vladimir Putin mengakui kemerdekaan dengan kedaulatan wilayah Donetsk dengan Luhansk sebagai Ukraina Timur. 

"Tensi geopolitik yang kembali memanas jadi memicu risk off, pasar donasi merah, mata uang safe haven menguat, yield US Treasury menurun dan harga emas naik," kata Josua, Selasa (22/2). 

Senada, Analis Monex Investindo Futures Andian Wijaya mengatakan ketegangan kelakuan militer dempet Eropa Timur bahwa terus meningkat mendorong dolar AS bagai keliru satu aset aman dalam diminati pasar memakai medengkikkan rupiah.  

Di perdagangan Rabu (23/3), Josua mengatakan sentimen seputar perkembangan geopolitik Rusia dan Ukraina masih terus mempengaruhi pergerakan rupiah terhadap dolar AS. Pelaku pasar nanti malam hendak menanti data flash manufacturing PMI dan consumer confidence AS. 

Andian memproyeksikan pelemahan rupiah berpotensi masih mau berlanjut bila ketegangan militer Rusia-Ukraina meningkat. Tingginya kasus Covid-19 akan di dalam negeri masih tidak terlampau memberikan imbas buruk pada sentimen global. Sementara peningkatan kasus harian akan negara maju lebih luhur.

Josua memproyeksikan rentang rupiah besok pada Rp 14.300 per dolar AS-Rp 14.400 per dolar AS.  Sedangkan, demi perdagangan besok, Andian memproyeksikan rupiah berada pada kisaran Rp 14.300 per dolar AS-Rp 14.450 per dolar AS. 

Cek Berita dan Artikel nan lain di Google News